Saturday, August 4, 2012

VLSM


UNP dengan 1000 host
warnet dengan 20 Host

Contoh Supernet UNP 172.16.0.0/22
berarti kelas B dengan Subnet Mask /22 Berarti :
11111111.11111111.11111100.00000000 (255.255.252.0)
Jumlah Subnet Mask = 26  = 64
Jumlah Host per Subnet = 210 – 2 = 1024 – 2 = 1.022
Blok Subnet = 256 – 252 = 4
Subnet 1 = 0          Subnet 2 = 4          Subnet 3 = 8          Subnet 4 = 12
Subnet 5 = 16        ……………………………………………..           Subnet 64 = 248

Subnet                 172.16.0.0          172.16.4.0             172.16.8.0             172.16.12.0
Host 1                   172.16.0.1          172.16.4.1             172.16.8.1             172.16.12.1
Host Akhir          172.16.3.254      17.16.7.254           17.16.11.254        172.16.15.254
Broadcast            172.16.3.255     17.16.7.255           17.16.11.255        172.16.15.255

Subnet                 …………………………………………..     172.16.244.0
Host 1                   ………………………………….……...      172.16.244.1
Host Akhir          ……………………………………….….     172.16.248.254
Broadcast            ……………………………………….….     172.16.248.255

Contoh Supernet Warnet 192.168.1.0/27
Berarti kelas C dengan Subnet Mask /27 Berarti
11111111.11111111.11111111.11100000 (255.255.255.224)
Jumlah Subnet Mask = 23  = 8
Jumlah Host per Subnet = 25 – 2 = 32 – 2 = 30
Blok Subnet = 256 – 224 = 32
Subnet 1 = 0          Subnet 2 = 32        Subnet 3 = 64        Subnet 4 = 96
Subnet 5 = 128      Subnet 6 = 160      Subnet 7 = 192      Subnet 8 = 224

Subnet                 192.168.1.0           192.168.1.32                   192.168.1.64                   192.168.1.96
Host 1                   192.168.1.1           192.168.1.31                   192.168.1.65                   192.168.1.97
Host Akhir          192.168.1.30         192.168.1.62                   192.168.1.94                   192.168.1.126
Broadcast            192.168.1.31         192.168.1.63                   192.168.1.95                   192.168.1.127

Subnet           192.168.1.128        192.168.1.160        192.168.1.192        192.168.1.224
Host 1             192.168.1.129        192.168.1.161        192.168.1.193        192.168.1.225
Host Akhir    192.168.1.158        192.168.1.189        192.168.1.222        192.168.1.255
Broadcast     192.168.1.159        192.168.1.190        192.168.1.223        192.168.1.256

Friday, August 3, 2012

Praktikum Jarkom ke VII

Contoh Kasus Subnetting
Kunci utama kita melakukan subnetting adalah dengan menentukan subnet mask suatu IP Address dengan menggunakan konsep CIDR (Classless Inter Domain Routing) yaitu metoda pengalamatan IP Address tanpa kelas (classless addressing). Saya sendiri baru mengenal konsep CIDR ini beberapa minggu yang lalu, karena selama ini yang saya tau hanyalah pengkelasan IP Address (classfull addressing).

CIDR menghindari cara pemberian IP Address tradisional menggunakan kelas A, B dan C. CIDR menggunakan "network prefix" dengan panjang tertentu. Prefix length menentukan jumlah bit sebelah kiri yang akan dipergunakan sebagai Network ID (masih inget ya bahwa IP Address terdiri dari Network ID dan Host ID. Network ID tidak sama dengan Network Address. Network ID merupakan bagian dari IP Address sedangkan Network Address adalah IP Address dimana Host ID-nya diset 0 semua ).

Biasanya dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address digunakan tanda garis miring (Slash) “/”, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang network prefix ini dalam bit. Misalkan suatu IP Address ditulis 192.168.0.1/27hal ini mengandung arti IP Address tersebut memiliki 27 bit sebagai Network ID.

Menentukan Subnet mask dengan CIDR:
Subnet Mask  atau Netmask adalah angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar. Bit yang menunjukkan Network ID diset 1 dan bit yang menunjukkan Host ID diset 0.

Suatu IP Address 192.168.0.1/27 berarti memiliki 27 bit sebagai Network ID dan 5 bit sisanya sebagai Host ID (masih ingatkan IP address terdiri dari 32 bit). Sehingga Subnet Mask dari IP Address tersebut adalah 11111111.11111111.11111111.11100000 atau 255.255.255.224.

Contoh Soal Perhitungan Subnetting

Soal –soal perhitungan subnetting biasanya berkisar di empat masalah yaitu: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet dan Alamat Host-Broadcast.

Contoh Soal:
Subnetting apa yang terjadi pada IP Address kelas C 192.168.1.0/27?

Jawab:
Subnet mask dari 192.168.1.0/27 adalah 11111111.1111111.11111111.11100000  atau 255.255.255.224, maka:

  1. Jumlah Subnet,
    Jumlah subnet dapat dicari dengan 2 pangkat x, dimana x adalah banyaknya angka 1 pada oktet 4, dalam perhitungan subnet mask diatas ada 3, sehingga Jumlah subnet mask adalah 2 pangkat 3 sama dengan 8 buah subnet
  2. Jumlah Host,
    Jumlah host pada tiap subnet dapat dicari dengan 2 pangkat y, dimana y adalah banyaknya angka 0 pada oktet 4, dalam perhitungan diatas ada 5, sehingga Jumlah Host tiap subnetnya adalah 2 pangkat 5 sama dengan 30 host tiap subnet.
  3. Blok Subnet,
    Untuk mencari dapat dicari dengan dengan cara 256-224 (dimana 224 adalah nilai oktet 4) sama dengan 32. Untuk mencari subnet yang lain hasil ini dikali 2=64, dikali 3=96, dikali 4=128, dikali 5=160, dikali 6=192, dikali 7=224 dikali 8=256. Sehingga blok subnet yang valid adalah 0 (pasti ada), 32,64,96,128,160,192, dan 224.
  4. Network Address, Host Address dan Broadcast Address yang valid
    Untuk mencari alamat host, broadcast dan network (subnet)  kita langsung aja buat tabel lengkapnya perhitungan subnetting ini sebagai berikut:
perhitungan subnetting

Tuesday, July 31, 2012

Tugas Praktikum ke VI

Subnetting IPV4


Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru.
Keuntungan subnetting adalah:
1. Mempermudah pengelolaan jaringan.
2. Untuk optimalisai dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat dalam satu Network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas.

Analogi subnetting:
Ibarat suatu jalan dan dalam jalan tersebut ada beberapa rumah . maka jika kita akan membuat alamat caranya pertama kali kita tulis nama jalan kemudian no  rumah: misal JL.Pati-Tayu No.45, jika di aplikasikan dalam jaringan maka  Network ID (Nama Jalan) sedangkan Host ID adalah (No Rumah)
IP adres itu dapat di kelompokkan dalam beberapa kelas:
Kelas A: 0-127                Subnet Mask :255.0.0.0
Kelas B: 128-191            Subnet Mask :255.255.0.0
Kelas C:192-223             Subnet Mask :255.255.255.0
Kelas D: 224-239
Kelas E:240-247

Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast. Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu?

Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C

Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa:
192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan:
Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi total subnetnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya
  1. Subnet
    192.168.1.0
    192.168.1.64
    192.168.1.128
    192.168.1.192
    Host Pertama
    192.168.1.1
    192.168.1.65
    192.168.1.129
    192.168.1.193
    Host Terakhir
    192.168.1.62
    192.168.1.126
    192.168.1.190
    192.168.1.254
    Broadcast
    192.168.1.63
    192.168.1.127
    192.168.1.191
    192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah:
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B

Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah:
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
Ok, kita coba satu soal untuk Class B dengan network address 172.16.0.0/18.
Analisa:
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi total subnetnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
    Subnet
    172.16.0.0
    172.16.64.0
    172.16.128.0
    172.16.192.0
    Host Pertama
    172.16.0.1
    172.16.64.1
    172.16.128.1
    172.16.192.1
    Host Terakhir
    172.16.63.254
    172.16.127.254
    172.16.191.254
    172.16.255.254
    Broadcast
    172.16.63.255
    172.16.127.255
    172.16.191.255
    172.16..255.255
Masih bingung? Ok kita coba satu lagi untuk Class B.Bagaimana dengan network address 172.16.0.0/25.
Analisa:
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0 172.16.0.128 172.16.1.0 172.16.255.128
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.0.129 172.16.1.1 172.16.255.129
Host Terakhir 172.16.0.126 172.16.0.254 172.16.1.126 172.16.255.254
Broadcast 172.16.0.127 172.16.0.255 172.16.1.127 172.16.255.255

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A

Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa:
10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
10.0.0.0 10.1.0.0 10.254.0.0 10.255.0.0
Host Pertama 10.0.0.1 10.1.0.1 10.254.0.1 10.255.0.1
Host Terakhir 10.0.255.254 10.1.255.254 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255 10.1.255.255 10.254.255.255 10.255.255.255
Mudah-mudahan setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu di artikel berikutnya
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2

Reef : http://idur.staff.uns.ac.id/2009/05/15/penghitungan-subnetting/
http://mazmuhtar.wordpress.com/2011/10/17/subnetting/)

Tugas Praktikum Minggu Ke V (Fiber Optik)

Teknologi Auto MDIX :  memungkinkan koneksi antara 2 komputer menggunakan Kabel Straight karena pada NIC nya menggunakan teknologi Auto MDI. Akan tetapi tetap dianjurkan untuk menggunakan Kabel Cross bila mengkoneksikan 2 device yang sama.

Fiber Optik
Ada bermacam-macam jenis kabel antara lain, kabel coaxial, kabel STP/UTP, dan kabel Serat Optik atau sering disebut Fiber Optik. Disini saya ingin membahas tentang Fiber Optik karena materi ini keluar sewaktu UTS kemarin .
Fiber optik adalah sebuah kaca murni yang panjang dan tipis serta berdiameter sebesar rambut manusia. Dan dalam pengunaannya beberapa fiber optik dijadikan satu dalam sebuah tempat yang dinamakan kabel optik dan digunakan untuk mengantarkan data digital yang berupa sinar dalam jarak yang sangat jauh. Kabel ini sangat cocok digunakan dalam aplikasi system telekomunikasi. Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan pelemahan (attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur (bandwidth) yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi lebih banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional.
Bagian-bagian fiber optik
Core adalah kaca tipis yang merupakan bagian inti dari fiber optik yang dimana pengiriman sinar dilakukan.
Cladding adalah materi yang mengelilingi inti yang berfungsi memantulkan sinar kembali ke dalam inti(core).
Buffer Coating adalah plastic pelapis yang melindungi fiber dari kerusakan.
Jenis Fiber Optik
1. Single-mode fibers
Mempunyai inti yang kecil (berdiameter 0.00035 inch atau 9 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nanometer)
2. Multi-mode fibers
Mempunyai inti yang lebih besar(berdiameter 0.0025 inch atau 62.5 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 850-1300 nanometer)
Cara Kerja Fiber Optik
Sinar dalam fiber optik berjalan melalui inti dengan secara memantul dari cladding, dan hal ini disebut total internal reflection, karena cladding sama sekali tidak menyerap sinar dari inti. Akan tetapi dikarenakan ketidakmurnian kaca sinyal cahaya akan terdegradasi, ketahanan sinyal tergantung pada kemurnian kaca dan panjang gelombang sinyal.
Dalam penggunaannya fiber optik ini, memiliki beberapa keuntungan antara lain :
  1. Lebar jalur besar dan kemampuan dalam membawa banyak data, dapat memuat kapasitas informasi yang sangat besar dengan kecepatan transmisi mencapai gigabit-per detik dan menghantarkan informasi jarak jauh tanpa pengulangan
  2. Biaya pemasangan dan pengoperasian yang rendah serta tingkat keamanan yang lebih tinggi
  3. Ukuran kecil dan ringan, sehingga hemat pemakaian ruang
  4. Imun, kekebalan terhadap gangguan elektromagnetik dan gangguan gelombang radio
  5. Non-Penghantar, tidak ada tenaga listrik dan percikan api
  6. Tidak berkarat
Teknologi serat optik menawarkan kecepatan data yang lebih besar sepanjang jarak yang lebih jauh dengan harga yang lebih rendah daripada sistem konvensional menggunakan kawat logam (tembaga). Fiber optik dibandingkan dengan sistem konvensional menggunakan kabel logam (tembaga) memiliki keuntungan dalam hal less expensive, thinner, higher carrying capacity, large-bandwidth, less signal degradation , ligtht signals, low power, non-flammable, flexibile. Sistem komunikasi optik secara umum terdiri dari Transmitter (Message origin, Modulator, Carrier Source dan Channel Coupler), Information Channel (Serat Optik) dan Receiver (Detector, Amplifier, Signal Processor dan Message Output).


Friday, July 27, 2012

Tugas Praktikum ke IV (Crimping Cabel Cat 6)

Pengkabelan pada UTP Cat 6
      Secara umum perbedaan pengkabelan Cat 5 dengan Cat 6 adalah pada kemampuan transmisi. Secara detail perbedaannya:- Category 5e memberikan bandwidth MAKSIMUM 100 MHz, sementara category 6 memiliki bandwidth MINIMUM 200 MHz.- Titik persambungan/terminasi category 6 memiliki rugi-rugi (losses) yang lebih kecil daripada category 5e.- NEXT (near end cross talk) yaitu gangguan sinyal yang arahnya berlawanan antar kabel pada ujung kabel. NEXT category 6 lebih rendah dibandingkan category 5e.Secara umum paling tidak ada perbedaaan nilai sekitar 10 dB, yang berarti pengaruh crosstalk sinyal berlawanan pada cable category 5 ini 12x lebih besar daripada cable category 6. Pengaruh NEXT ini adalah bisa atau tidaknya pasangan kabel yang berdekatan dipakai mengirimkan sinyal bersamaan pada arah yang berlawanan seperti yang terjadi pada pemakaian Gigabit Ethernet.- ELFEXT (Equal Level Far End Cross Talk) yaitu gangguan sinyal yang searah antar kabel pada ujung kabel. Parameter ini menunjukkan bagus tidaknya pasangan kabel yang berdekatan dipakai untuk membawa sinyal yang searah. 

                  Cat 5                                                                                Cat 6

Susunan warna kabel dalam pemasangan kabel UTP Cat 6 tetap menggunakan Standar TIA/EIA 568A atau TIA/EIA 568B



568-B Wiring


Pair # Wire Pin
1-White/Blue White/Blue 5
Blue/White 4
2-Wht./Orange White/Orange 1
Orange White 2
3-White/Green White/Green 3
Green/White 6
4-White/Brown White/Brown 7
Brown/White 8
< 568-B Diagram

568-A Wiring


Pair # Wire Pin
1-White/Blue White/Blue 5
Blue/White 4
2-White/Green White/Green 1
Green/White 2
3-White/Orange White/Orange 3
Orange/White 6
4-White/Brown White/Brown 7
Brown/White 8
< 568-A Diagram
Keterangan
  • Untuk pengkabelan 568B lebih umum dan sering digunakan
  • Tidak ada perbedaan dalam konektivitas antara kabel 568B dan 568A. Kabel harus bekerja dengan baik pada setiap sistem
  • Untuk kabel Straight, kedua ujung nya sama dan dapat dipilih menggunakan 568B atau 568A
  • Untuk kabel Cross dipasangkan pada kedua ujung nya 568A dan 568B
Berikut pemasangan kabel UTP Cat 6

1. Potong kabel dengan panjang yang akan dibutuhkan.
Masukkan dulu boot kedalam kabel dan tempatkan masing-masing menghadap keluar kabel.


2. Potong kabel dapat menggunakan produk Panduit


3.
Potong kabel dapat menggunakan produk Panduit Pisahkan kabel seperti gambar disamping dan potong penampang kabel


4.
Urutkan kabel sesuai dengan standar yang digunakan disini menggunakan 568B

5.
Urutkan kabel dan pegang kuat dengan telunjuk dan ibu jari


6.
Potong kabel dengan posisi miring seperti gambar.

7.
Masukkan Loadbar


8.
Potong kabel sejajar dan siap untuk dimasukkan ke dalam konektor

9
.Masukkan konektor


10.
Jepit Ujung konektor dengan menggunakan tang crimping

11.
Lakukan prosedur yang sama untuk melakukan pembuatan Kabel Cross dengan satu sisi menggunakan stanr 568A dan sisi lain nya 568B


14.
Lakukan pengecekan kabel dengan menggunakan kabel tester.

Tuesday, July 24, 2012

Tugas Praktikum ke III (Kabel Twisted Pair)


Kabel Twisted Pair adalah salah satu dari beberapa tipe kabel yang dapat digunakan untuk membangun sebuah Jaringan Komputer, khususnya pada Jaringan LAN. Kabel Twisted Pair merupakan kabel yang terdiri dari kabel yang saling melilit dan warna yang berbeda. Kabel Twisted Pair ini terdiri dari 2 jenis yaitu Shielded Twisted Pair (STP) dan Unshielded Twisted Pair (UTP). Pada kedua jenis Kabel Twisted Pair ini tidak ada perbedaan yang spesifik bedanya kedua kabel ini adalah Shield dan Unshielded



1. Kabel Unshielded Twister Paid (UTP)

Kabel UTP terdiri dari 8 buah kabel halus yang saling melilit menjadi 4 pasang. Ke empat pasang kabel tersebut adalah :
  • Pasangan kabel warna hijau dengan Putih Hijau
  • Pasangan kabel warna Orange dengan Putih Orange
  • Pasangan kabel warna Biru dengan Putih Biru
  • Pasangan kabel warna coklat dengan Putih Coklat
Kategori Kabel UTP
  • Cat 1 : Digunakan untuk perangkat komunikasi, seperti kabel telephon.
  • Cat 2 : Kecepatan transfer data mencapai 4 Megabits per second.
  • Cat 3 : Biasanya digunakan untuk topologi token ring dengan kecepatan transfer data mencapai 10 Mbps.
  • Cat 4 : Kecepatan transfer data mencapai 16 Mbps
  • Cat 5 : Kecepatan transfer data mencapai 100 Mbps
  • Cat 5e : Kecepatan transfer data mencapai 100 Mbps – 1 Gigabits.
  • Cat 6 : Kecepatan transfer data hingga 2,5 Gigabit Ethernet dalam jarak 100 Meter atau 10 Gigabits dalam jarak 25 Meter.
Standarisasi Kabel UTP
Pemasangan urutan Kabel UTP umumnya mengikuti aturan standart international yaitu EIA/TIA 568A dan EIA/TIA 568B. Untuk urutan EIA/TIA 568A urutan kabel nya adalah sebagai berikut :
  • Putih Hijau 
  • Hijau
  • Putih Orange
  • Biru
  • Putih Biru
  • Orange
  • Putih Coklat
  • Coklat
Sedangkan urutan EIA/TIA 568B urutan kabelnya adalah sebagai berikut:
  • Putih Orange 
  • Orange
  • Putih Hijau
  • Biru
  • Putih Biru
  • Hijau
  • Putih Coklat
  • Coklat
Tipe Pemasangan Kabel UTP

Ada 2 jenis tipe pemasangan kabel UTP pada konektor RJ-45 yaitu type straight dan tipe cross.

a. Tipe Straight

Tipe Straight artinya ujung kabel yang satu dengan ujung kabel yang lainnya memiliki urutan kabel yang sama sesuai dengan standart EIA/TIA 568B. Tipe ini digunakan untuk menghubungkan antara PC ke Switch, Router ke Switch, Router ke Hub dan PC ke Hub.



b. Tipe Cross

Pada tipe ini ujung kabel yang satu menggunakan urutan standart EIA/TIA 568A dan ujung yang satu nya lagi menggunakan urutan kabel TIS/EIA 568B dan digunkan untuk menghubungkan PC ke PC, Switch/Hub ke Switch/Hub, dan PC ke Router.















2. Kabel Shielded Twisted Pair (STP)

K
abel Shielded Twisted Pair (STP) sama dengan kabel UTP, tetapi kawatnya lebih besar dan diselubungi dengan lapisan pelindung isolasi untuk mencegah gangguan interferensi. Jenis kabel STP yang paling umum digunakan pada Jaringan LAN

Dari 2 Jenis Kabel Twisted Pair tersebut tidak ada perbedaan lain yang spesifik kecuali Shielded dan Unshielded. Semua Warna Kabel, Kategori Kabel UTP, Standarisasi Kabel, dan Tipe Pemasangan Kabel itu semua sama.